Glitter Text Generator at TextSpace.net

Sabtu, 27 Maret 2010

Wajah Yang Tersenyum Tidak Menakutkan

Wajah yang sedang tersenyum, betapapun buruknya tidak terlalu menakutkan. Senyum lebih mengesankan daripada kerut-kerut keseriusan. Serius menimbulkan jarak. Jarak menyebabkan kekakuan komunikasi. Kekakuan memudahkan salah paham yang akan membangkitkan kekerasan. Dan kekerasan mengundang permusuhan. Sesungguhnya untuk tersenyum orang tidak membutuhkan biaya. Walaupun senyum dapat menghasilkan uang. Contohnya group-group pelawak.

Sebaiknya kita mulai melatih diri untuk menghargai senyum dari diri sendiri. Waktu bangun pagi hari, bukalah jendela Anda lebar-lebar. Hirup kesejukan udara pagi. Pejamkan mata Anda dan tersenyumlah. Nikmatilah senyum Anda dengan sabar. Rasakan betapa tulusnya senyum Anda. Nah, Anda telah siap untuk tersenyum kepada dunia.

Hidup ini terdiri dari tindakan menerima dan memberi. Memberi yang paling gampang adalah memberi senyum (kecuali jika anda sakit gigi). Nah, mengapa hal ini tidak Anda lakukan sesering mungkin? Kalau anda belum memberikan apa-apa kepada sesama, berikan senyum Anda saja. Inipun telah merupakan sedekah yang berpahala.Lebih baik Anda memberi seulas senyum dengan ikhlas daripada memberi sumbangan dengan wajah cemberut. Senyum formalitas, senyum sinis, senyum yang dipaksakan termasuk senyum yang tidak ikhlas. Senyum yang demikian sangat tidak bersahabat dan sia-sia karena tidak memberi umpan balik yang positif.

Bila Anda tersenyum, Anda hendaknya tidak sedang memperdagangkan senyum Anda. Didikan kuno bahwa Anda hanya boleh tersenyum kepada mereka yang Anda kenal, menyebabkan Anda terlalu hemat dan berhati-hati dalam tersenyum. Bahkan etika mendidik Anda untuk tersinggung bila senyum Anda tidak terbalas. Dan hal ini Anda biarkan menguasai perasaan Anda sehingga mengalahkan rasio. Memulai senyum lebih dahulu kepada sesama bukanlah menunjukkan kekalahan Anda terhadap mereka. Justru Anda menang, karena Anda memulai untuk memberi lebih dahulu. Bila senyum Anda tidak terbalas, anggaplah bahwa Anda sedang menunjukkan senyum kepada Tuhan atau kepada alam semesta. Bukankah tidak ada etika yang membatasi Anda untuk tersenyum kepada Tuhan atau alam semesta?

2 komentar: