Glitter Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 31 Maret 2010

Senyum Di Balik Duka

Kehidupan kerap kali mengundang tanda tanya di dada, normalnya dia mengalir laksana air, dan menelusup laksana cahaya yang mengisi setiap celah gelap yang ada. Sering kita lihat bahwa kehidupan itu berjalan dengan sangat harmoni, ada gelak tawa dan juga ada duka. itulah simponi kehidupan yang pasti sejak peradaban manusia ada hingga akhir dari perjalanan rotasi bumi ini. sampai bertemu pada suatu masa dimana yang ada hanya selalu bahagia atau selalu duka tercipta. yakni ujung dari kehidupan fana di dunia maya. Keadilan yang tak akan ada yang dapat membantah, dimana mulut bicara, kaki bicara, tangan bicara dan semua bicara mempersaksikan kebaikan dan angkara apa yang tercipta karenanya.

Kita bayangkan bagimana kehidupan kehidupan beranjak di sebuah desa di pegunungan yang hijau dan sejuk. Ditingkahi dengan tarian dedaunan yang melambai-lambai ditiup angin dan suara burung yang dengan riangnya mengucap syukur pada pencipta atas kebebasan yang di dapat dari alam. makin membuat hati tentram dan nyaman manakala telapak kaki yang telanjang menginjak pucuk-pucuk rumput yang hijau disertai dengan tetesan embun pagi yang enggan jatuh ke bumi, seakan ingin tetap bergelayutan di angkasa sana. dinginnya embun yang terasa nyaman dihati dan terkadaang kerap rambut-rambut tipis di sekujur kulit turut memberikan salam atas pagi yang damai.

Belum lagi bila muka bertemu jumpa dengan beningnya bulir-bulir air yang keluar dari celah-celah bumi, rasa sejuknya langsung sampai dihati. Lembut sempurna jiwa memaknai pagi indah di pinggiran semesta. Sebuah peradaban alam yang tercipta dengan penuh irama, sungguh peradaban yang senantiasa tumbuh, berkembang dan terjengkang. Memulai hari dengan hati yang tenang adalah suatu awal kita untuk membuat sebuah karya yang akan selalu menjadi noktah dalam garis jejak langkah kedepan, yang bisa ditelusuri dengan mudah dan menjadi itibar buat jantung hati belahan jiwa.

Sudah berapa banyak titik - titik yang telah kita buat dalam menjalani usia jasadi ini? yang pasti tak kan sanggup kita mengingat akan semua. seperti biasa sepanjang ingatan yang sungguh pendek, kita hanya ingat titik dimana kita benar-benar merasa bahagia dan juga titik disaat kita benar-benar berduka. Benar-benar adalah sebuah ungkapan terhadap tidak adanya kebohongan jiwa dalam memaknai setiap langkah dalam menilai suatu karya. Walau kadang saat jaman yang sudah sedemikian tidak mengenal arti dari nilai jiwa ini, bahagia hanya sebagai ungkapan manis di mulut dan tidak sampai menyentuh kalbu. Semakin tinggi yang katanya peradaban, tapi kenyataan yang ada makin banyak diantara kita yang kurang arif terhadap alam, padahal jauh di titik awal peradaban nenek moyang kita sudah terlebih dulu belajar pada alam. saat ini seri terjadi dimana alam adalah sebuah objek dibandingkan bersama-sama kita sebagai subjek. Sudah sangat sering kita lupakan alam kita yang merupakan sumber dari kehidupan yang dianugerahkan yang kuasa, tidakkah terbayangkan bila alam itu sendiri dengan dirinya sebagai subjek sudah enggan untuk memberikan dan menunjang kehidupan mahluknya beserta kita?

Di antara selaksa manusia yang ada, diantara warna-warna tumbuhan yang terlihat dimata, dan diantara ragam suara-suara kumbang, tawon, burung dan juga desis binatang melata. masih ada dari mereka yang mengharap harmonisasi dan keakraban antaranya. Kemanusiaan kita akan selalu tergugah bila dekat dengan alam, dekat yang bukan sekedar bersentuhan raga, namun dekat yang merasuk ke dalam jiwa. Sehingga Alam pun akan selalu memberikan senyumannya dibalik duka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar